Pertemuan Ilmiah Berkala Tahap II Tahun 2018

Kegiatan Pertemuan Ilmiah Tahap II ini merupakan lanjutan dari Pertemuan Ilmiah Berkala Tahap I yang dilaksanakan pada tanggal 16 maret 2018, Kegiatan PIB Tahap II Tahun 2018 dilaksanakan pada tanggal 31 Mei 2018 dan diikuti oleh seluruh Peneliti dan Litkayasa Balai Litbangkes Banjarnegara.

Acara di buka oleh Kepala Balai Litbangkes Banjarnegara (Jastal, SKM, M.Si) dalam sambutannya beliau mengucapkan terima kasih kepada ketiga narasumber yang telah bersedia hadir.

Latar belakang diadakan kegiatan ini adalah karena adanya restrukturisasi Badan Litbang Kesehatan sehingga Balai Litbang Kesehatan Banjarnegara yang dulunya adalah Balai Litbang P2B2 Banjarnegara harus membuat roadmap dan rencana aksi sesuai dengan tupoksi yang baru.

Dalam acara ini Prof. Agus Suwandono membuka wawasan tentang konsep One Health, Prof. Agus Suwandono dari INDOHUN dan beliau adalah salah satu Profesor di Fakultas Kesehatan Masyarakat UNDIP. dalam paparanya beliau menyampaikan tentang Konsep dan Pendekatan One Health (OH) untuk emerging Infectious Disease (EID),beberapa hal yang perlu diketahui dari munculnya suatu penyakit adalah :

  • 3/4 dari munculnya ancaman penyakit berasal dari animal reservoirs,
  • The “human-animal-ecosystem interface” adalah merupakan center of new disease emergence,
  • Munculnya penyakit sangat erat kaitannya dengan geographic “hot spots” dimana interaksi yang sangat intens animal-human interactions amplified by environmental changes

One Health menurut INDOHUN adalah kesehatan manusia, hewan dan ekosistem yang saling terkoneksi. Meliputi pendekatan yang mengedepankan koordinasi dan kolaborasi antar disiplin dan antar sektoral untuk mengantisipasi resiko zoonosis yang berasal dari interaksi antara hewan, manusia dan ekosistem.

OH adalah strategi yang sudah disepakati di dunia. Yang terlibat dalam OH terdiri dari berbagai disiplin ilmu yang mewakili unsur kesehatan manusia, kesehatan hewan dan kesehatan lingkungan yang didukung pula oleh pemegang kebijakan/ pemerintah. Intinya dari beberapa aspek (kesehatan, pertanian, dll) berpikir dan bekerjasama untuk membuat jalan keluar dari suatu masalah kesehatan.

Pelaksanaan pendekatan OH membutuhkan koordinasi lintas sektor (kesehatan manusia. Kehutanan, pertanian, peternakan, LH dan pemda), aktifitas praktis yang nyata dan peningkatan efektivitas kinerja dan sumber daya inter dan antar sektor.

Sementara itu Prof. Usman Hadi (FK UNAIR , RSUD Dr. Soetomo) menyampaikan tentang ricketsia,

Rickettsiosis adalah penyakit bersumber binatang yang disebabkan oleh bakteri rickettsia dengan perantara arthropoda. Terbagi menjadi 3 grup yaitu murine thypus, spotted fever dan scrub thypus.

Rickettsiosis gejala klinisnya mirip dengan penyakit infeksi lainnya, bersifat sensitif dengan antibiotik (tetracycline, doxycicline, cyprofloxacine dan chloramphenicol) serta tidak dapat menular langsung dari manusia ke manusia. Laporan kasus rickettsiosis di Indonesia masih sangat kecil kebanyakan berasal dari luar negeri (WNA berwisata di Indnesia kemudian pulang ke negara asalnya dengan mambawa penyakit rickettsiosis).

Bakteri ricketssia masuk ke tubuh manusia melalui gigitan kutu, bakteri ini kemudian masuk ke dalam aliran darah dan dapat menyebabkan trambosis, rupture dan necrosis. Gejalanya antara lain :demam akut, sakit kepala, myalgia, muntah, ruam merah dan menurunnya kesadaran.

Ada 5 jenis ricketssia dan yang paling berbahaya adalah R. prowazeki karena dapat menular melaui kutu pada manusia. Komplikasi akibat rickettsiosis antara laian menyebabkan enchephalitis, myocarditis, endocarditis, broncopneumonia, glomerulonephritis, hepatitis, kegagalan multi organ dan DIC.

dan materi terakhir dari Prof. Emilliana Tjitra menyampaiakan materi terkait peningkatan SDM peneliti dan perkembangan litbang. Peneliti harus mempunyai peta jalan peneliti yang meliputi : peta jalan unit litbang, unsur penilaian JF LIPI, program kesehatan, perkembangan IPTEK, posisi/status peneliti, kemampuan/kepakaran peneliti, kemampuan dan kondisi unit litbang, jejaring, rasional dan fleksibel serta harus ditentukan dalam peta jalan peneliti akan di capai dalam jangka pendek (tahunan), periodik sesuai JF LIPI (4 tahunan) atau panjang (sampai BUP).

Dalam perkembangan iptek, peneliti harus banyak membaca yang terkait karir peneliti serta mengetahui unsur penilaian di LIPI.