Riset tumbuhan obat dan jamu disingkat dengan istilah RISTOJA adalah salah satu riset berskala nasional yang diselenggarakan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI, khususnya Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tumbuhan Obat dan Obat Tradisional (B2P2TOOT) Tawangmangu Jawa Tengah. RISTOJA telah dilakukan 2 kali. RISTOJA I tahun ke-1 (2012) dilaksanakan di 26 provinsi seluruh lndonesia selain pulau Jawa dan Bali, bekerja sama dengan 25 Perguruan Tinggi terkemuka di masing-masing wilayah, etnis yang diteliti meliputi 209 etnis dengan jumlah titik pengamatan 254. Khusus wilayah Jawa dan Bali telah dilakukan kajian pustaka tahun 2013. Pada pelaksanaannya RISTOJA ll dilaksanakan di 24 provinsi di lndonesia kecuali Sumatera Barat, Bengkulu, Jambi, Bangka Belitung, Gorontalo, Sulawesi Barat, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Papua dan Papua Barat, dengan jumlah etnis yang diteliti adalah 100 etnis. RISTOJA dilaksanakan kembali pada tahun 2017 di 10 provinsi, meliputi Nusa Tenggara Timur, Nusa Tenggara Barat, Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, Maluku, Maluku Utara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan Papua dan Papua Barat, dengan cakupan 100 etnis. Tujuan dilaksanakannya riset ini adalah untuk menginventarisir dan mengumpulkan data dasar (database) pengetahuan etnomedisin Nusantara yang meliputi tumbuhan obat (TO), ramuan obat tradisional (OT) dan kearifan lokal terkait pengelolaan tumbuhan obat di Indonesia.
Balai penelitian dan pengembangan pengendalian penyakit bersumber binatang (Balai Litbang P2B2) Banjarnegara sebagai salah satu unit pelaksana teknis Badan Litbangkes Kemenkes RI ikut serta pula dalam kegiatan RISTOJA tersebut. Pada tahun 2017, beberapa pegawai Balai Litbang P2B2 Banjarnegara yang ditugaskan untuk ikut dalam RISTOJA yaitu Rr. Anggun Paramita Djati, SKM, M.P.H (sebagai koordinator teknis wilayah provinsi Sulawesi Selatan, khususnya etnis Bonerate dan etnis Kalaotoa yang tinggal di Kabupaten Kepulauan Selayar, tepatnya di Pulau Bonerate dan Pulau Kalaotoa), Tri Wijayanti, SKM, M.Sc (selaku anggota tim pengumpul data pada etnis Rongkong, yang tersebar di Kecamatan Rongkong, Kabupaten Luwu Timur), Bina Ikawati, SKM, M.Kes (selaku anggota tim pengumpul data pada etnis Padoe, yang tersebar di Kecamatan Wasuponda, Kecamatan Malili, dan Kecamatan Towuti, Kabupaten Luwu Timur), Asnan Prastawa, SKM (selaku anggota tim pengumpul data pada etnis Pattinjo, yang tersebar di Kecamatan Lembang dan Kecamatan Batulappa, Kabupaten Pinrang), Dewi Marbawati, S.Si, M.Sc (selaku anggota tim pengumpul data pada etnis Bonerate, yang tersebar di Kecamatan Pasimarannu, Kabupaten Kepulauan Selayar), serta Dewi Puspita Ningsih, SKM (selaku anggota tim pengumpul data pada etnis Kalaotoa, yang tersebar di Kecamatan Pasilambena, Kabupaten Kepulauan Selayar).
Kegiatan RISTOJA diawali dengan rapat koordinasi teknis pada tanggal 8 – 10 Februari 2017 di Jakarta yang diikuti oleh Tim Peneliti Pusat, pakar dan semua koordinator teknis, serta petugas/pejabat Dinas Kesehatan Provinsi pada wilayah lokasi penelitian. Beberapa pekan kemudian dilaksanakan Lokakarya Tim Pengajar atau Training of Trainer untuk koordinator teknis, yang dilaksanakan pada tanggal 9 – 13 April 2017 di Yogyakarta. Sedangkan Lokakarya Tim Pengumpul Data atau Training Centre yang ditujukan pada enumerator atau tim pengumpul data dilaksanakan sebelum pengumpulan data yaitu pada tanggal 26 – 30 April 2017 di Makassar. Pengumpulan data dilaksanakan selama 21 hari di masing – masing lokasi yang telah ditentukan, dilanjutkan kegiatan atau pertemuan di Makassar untuk menyusun laporan tingkat tim pengumpul data serta penyerahan data – data fisik.
Tim pengumpul data terdiri dari antropolog, botanis, dan sarjana kesehatan masyarakat. Selama kegiatan pengumpulan data, peneliti yang tergabung dalam tim tersebut, banyak menemukan berbagai hal yang dapat menambah informasi hasil penelitian, tidak hanya data – data yang telah ditentukan sebelumnya sebagai tujuan penelitian, yaitu informasi penyehat tradisional, tumbuhan yang digunakan sebagai ramuan obat oleh penyehat tradisional tersebut, cara penyiapan dan pembuatan ramuan, hal – hal terkait kearifan lokal, pengetahuan dan pemahaman tentang penyakit dan cara pengobatan, tetapi juga informasi tentang keberadaan dan sejarah etnis, proses akulturasi ataupun enkulturasi yang terjadi, serta pengenalan budaya dan potensi wisata daerah.
Salah satunya adalah etnis Bonerate dan etnis Kalaotoa yang berada di wilayah Kepulauan Selayar. Kepulauan Selayar dengan pulau – pulau kecil dan jaraknya cukup jauh dari ibukota provinsi (hingga ratusan kilometer, menempuh lautan), adalah salah satu destinasi wisata yang masih alami dan belum tersentuh secara menyeluruh. Pulau – pulau di Kepulauan Selayar merupakan daerah yang perlu diperhatikan pembangunan dan pengembangannya. Kesulitan akses transportasi dan komunikasi merupakan salah satu kendala pengembangan dan pembangunan wilayah. Dengan adanya riset nasional di wilayah tersebut diharapkan dapat turut membangkitkan kesadaran dan kemauan, mengembangkan pemikiran serta kemajuan masyarakat, serta mempromosikan potensi wilayah setempat.
RISTOJA 2017 telah dilaksanakan namun penyelesaian laporan nasional belum dilakukan. selain itu masih banyak pekerjaan lanjutan yang menanti, yaitu konfirmasi identifikasi tumbuhan obat yang diperoleh dari lapangan atau lokasi penelitian, yang spesimennya telah dikirimkan ke laboratorium B2P2TOOT serta pemeriksaan DNA dan fitokimia tumbuhan tersebut, yang tentunya akan membutuhkan waktu yang lama. Diharapkan hasil RISTOJA akan dapat bermanfaat bagi semua pihak, terutama dalam melestarikan tumbuhan obat dan kesehatan tradisional serta budaya pengobatan asli Indonesia.