Waspadai Leptospirosis dan Demam Berdarah Saat Banjir

YOGYAKARTA, suaramerdeka.com – Kepala Pusat Studi Lingkungan Hidup Prof Dr dr Hari Kusnanto mengatakan, penyakit leptospirosis, kolera, diare dan typhus merupakan ancaman penyakit yang paling sering muncul pada saat musim penghujan. Apalagi bagi daerah tertentu yang terlanda  banjir.

”Di musim banjir seperti ini yang justru muncul adalah leptospirosis yang ditularkan melalui kencing tikus,” katanya menanggapi mewabahnya panyakit leptosprosis di DKI Jakarta dan Semarang serta beberapa daerah lainnya akibat bencana banjir.

Salah satu ciri penyakit leptospirosis itu menurut dokter ahli bagian kesehatan masyarakat FK UGM itu, gejalanya hampir mirip dengan demam biasa, nyeri kepala, nyeri otot, leher terasa kaku. Selain itu, sering muntah, batuk dan kelemahan pada usus yang lebih parah yang dapat berakibat kematian. ”Setelah diperiksa, ada tanda seperti gagal ginjal dan gangguan liver,” katanya.

Seperti diketahui, leptospirosis disebabkan bakteri Leptospira interrogans yang bisa menular pada hewan ke manusia. Urin hewan seperti sapi, babi, anjing dan tikus yang tertular, air atau tanah tercemar merupakan sumber penularan.  Leptospirosis merupakan penyakit menular yang bisa menimbulkan risiko kematian.

Dia menyebut, penyakit itu silent killer. Dia pun menghimbau masyarakat untuk selalu waspada. Untuk mengantisipasi penularan penyakit zoonosis itu, disarankan agar masyarakat selalu menjaga kesehatan dan memperhatikan kebersihan lingkungan.

Seperti cuci tangan dengan sabun, menjaga kebersihan makan dan minum serta peralatan masak dapur. ”Terlebih saat bencana banjir, menurut saya, suplai air bersih harus selalu tersedia. Itu yang sering dilupakan orang. Air bersih untuk keperluan mencuci dan masak terutama,” katanya.

Penyakit lain yang perlu diwaspadai memasuki peralihan dari musim penghujan menuju musim kemarau menurutnya adalah penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD). DBD muncul di daerah perkotaan yang disebabkan vektor nyamuk aedes aegypti dan aedes albopictus. ”Di perkotaan itu justru banyak kasus demam berdarah dan cikungunya. Penyakit ini sering muncul pada akhir bulan Februari dan Maret,” katanya.

Belum ada cara paling ampuh untuk memberantas penyakit itu. Pasalnya belum ditemukan obat dan vaksin untuk mengobatinya. Satu-satunya cara adalah pemberantasan jentik atau sarang nyamuk. ”Jentik nyamuk harus dipantau secara periodik, kalau jentiknya hilang berarti nyamuknya berkurang,” paparnya seraya mrnambahkan fogging juga hanya memberikan solusi sementara.

Sumber : http://www.suaramerdeka.com/v2/index.php/read/news/2014/02/03/189566/Waspadai-Leptospirosis-dan-Demam-Berdarah-Saat-Banjir